[Home] [Forum Diskusi] [About Us] [Contact Us ] ====================================

Rabu, November 11

Screening Development and Behaviour Problem

Screening Development and Behaviour Problem

materi dalam bentuk pdf berikut di tulis oleh Nawangsasi Takarini, silakan untuk mendownload..


'Screening Development and Behaviour Problem" terbagi dalam 4 file, agar mudah dibaca / didownload:


Semoga bermanfaat..

Kamis, Oktober 15

LANJUTAN DARI PERKEMBANGAN OTAK PADA MASA KEHAMILAN, PENTINGNYA SITMULASI DAN GIZI JANIN

3. Gizi ibu hamil

Seperti yang ditulis Prof. DR. Made Astawan, Dosen di Departemen Teknologi Pangan dan Gizi-IPB pada tabloid senior 6 Pebruari 2004 bahwa keadaan gizi ibu-ibu hamil sangat erat hubungannya dengan berat badan bayi yang akan dilahirkan. Ibu-ibu hamil adalah salah satu kelompok masyarakat yang sangat rawan terhadap masalah-masalah gizi, terutama masalah kekurangan energi dan protein (KEP). Bayi yang dilahirkan oleh para ibu dengan kondisi KEP, akan mempunyai berat badan lahir rendah (BBLR) yaitu kurang dari 2,5 kg.
Kondisi BBLR akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan kesehatan anak selanjutnya. Selain kekurangan gizi, bayi yang baru lahir tersebut juga akan mengalami kemunduran perkembangan otak. Hal ini akan berakibat terjadinya penurunan kemampuan belajar dan kemampuan akademik pada usia yang lebih lanjut. Selain itu, bayi BBLR mempunyai kemungkinan meninggal sebelum usia satu tahun, 17 kali lebih besar dibandingkan dengan anak yang dilahirkan dengan berat badan normal.
Ibu-ibu hamil yang cukup gizi akan mengalami pertambahan berat badan rata-rata sebesar 12,5 kg selama 9 bulan kehamilannya dan akan melahirkan bayi dengan berat badan rata-rata 3,3 kg. Untuk mencapai kondisi tersebut, ibu hamil harus cukup mengonsumsi bahan-bahan makanan sumber energi, protein, vitamin dan mineral.Rata-rata tambahan energi yang diperlukan selama masa kehamilan, adalah 80.000 kilokalori. Jumlah tersebut terbagi atas 150 kilokalori per hari selama trimester (tiga bulan) pertama, 350 kilokalori per hari selama trimester kedua dan ketiga masakehamilan. Tambahan protein yang diperlukan untuk mencapai keadaan normal tersebut adalah 925 gram, yaitu rata-rata 3,3 gram per hari selama masa kehamilannya. Tambahan protein yang diperlukan selama trimester pertama, kedua dan ketiga masing-masing 1,2; 6,1 dan 10,7 gram per hari. Selain itu diperlukan juga tambahan vitamin dan mineral yang dapat diperoleh dari sayuran dan buah-buahan. Kondisi KEP pada ibu-ibu hamil, sudah barang tentu akan berpengaruh besar terhadap anatomi otak bayi yang kelak dilahirkan yaitu menyangkut berat otak, jumlah sel otak dan besar sel otak. Telah diketahui bahwa anatomi otak sangat berhubungan erat dengan tingkat kecerdasan anak dikemudian hari. Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah konsumsi asam lemak tidak jenuh ganda rantai panjang (PUFA). Termasuk ke dalam kelompok PUFA adalah asam lemak Omega-3 dan asamlemak Omega-6. Asam lemak Omega-3 yang umumnya terdapat pada lemak ikan laut, terdiri dari asam lemak linolenat, asam eikosapentanoat (eicosapentanoic acid = EPA) dan asam dokosaheksanoat (docosahexanoic acid = DHA), yang masing-masing terdiri dari 3,5 dan 6 buah ikatan rangkap. Asam lemak Omega-6 yang umumnya terdapat pada lemak biji-bijian, terdiri dari asam linolenat dan asam arakhidonat.
Asam lemak Omega-3, khususnya DHA, telah diketahui sangat besar peranannya dalam perkembangan otak. Sehingga keberadaannya sangat diperlukan pada masa pertumbuhan otak seseorang, yaitu sejak masa janin hingga usia 2 tahun setelah kelahiran.
Selain diperoleh dari ikan dan minyak ikan laut, saat ini beberapa industri pangan telah melakukan penambahan asam lemak DHA ke dalam susu untuk ibu hamil, maupun susu formula bayi.


Sumber:
Pusat P3IK Departemen Kesehatan RI.

LANJUTAN DARI PERKEMBANGAN OTAK PADA MASA KEHAMILAN, PENTINGNYA SITMULASI DAN GIZI JANIN

2. Stimulasi Janin

Pada tahun 1925, Peiper untuk pertama kalinya meneliti perilaku janin. Ia mengamati reaksi gerakan janin pada akhir masa kehamilan akibat bunyi keras dan melengking dari sepeda motor yang berada dekat dengan perut ibunya. Janin ini ternyata membuat suatu
gerakan yang nyata. Jika percobaan ini diulang-ulang ternyata janin tidak
lagi bereaksi. Peiper menarik kesimpulan bahwa janin mampu mendengar.
Penelitian-penelitian mutakhir dengan peralatan canggih dan metodologi yang
lebih baik terfokus pada dua bidang: perilaku janin dalam kandungan, dan
bayi yang baru lahir. Feijee (1981, melaporkan janin usia kehamilan 30-37
minggu yang pada awalnya selalu bergerak, akan menghentikan gerakan setelah
diperdengarkan musik yang sama untuk ke-24 kalinya. Efek ini mampu
dipertahankan setelah bayi tersebut lahir 6 menit: bayi berhenti menangis,
membuka matanya, dan lebih tenang saat ia diperdengarkan musik yang pernah
didengarnya saat dijanin.
Jadi, janin menjadi terbiasa dengan rangsangan yang sama. Efek kebiasaan
yang sebenarnya bukan sekadar adaptasi dilaporkan mampu diperlihatkan oleh
janin usia kehamilan 28-37 minggu (Madisen, 1986). Kebiasaan ini dapat
berefek menurunkan reaksi gerakan tubuh juga detak jantung. Penelitian pada bayi baru lahir dilakukan oleh Salk(1962), menunjukkan bahwa bayi baru lahir dapat bereaksi terhadap nada dengan frekuensi normal detak jantung ibu, dan menjadi gelisah saat diperdengarkan nada 72
kali/menit, berat badannya lebih besar, jarang menangis, juga lebih cepat tertidur. Pada umur 3hari, bayi mampu mengubah pola mengisap puting susu ibu jika mendengar suara ibunya, tetapi tidaklah demikian dengan suara ayahnya (Casper, Spencer 1980). Demikian juga halnya saat diperdengarkan cerita novel yang telah dibaca ibunya saat mengandung, sekalipun cerita tersebut dibacakan oleh wanita lain (Casper, Spencer1986). Bagaimanakah mekanisme belajar janin tersebut? Menurut Rappert (1988), peneliti laboratorium Chronobiology Harvard Medical School, janin dapat mengenal suara dan cahaya dari luar melalui mekanisme konduksi pasif melintasi jaringan tubuh ibunya. Sedangkan menurut Salk (1960),janin belajar mengenal detak jantung ibunya melalui mekanisme "imprinting".
Kemampuan belajar janin, secara tidak langsung menunjukkan janin mampu
menerima rangsang sensoris, berasosiasi, dan mengingat. Adanya kekurangan
dari kemampuan tersebut mungkin merupakan indikator gangguan-gangguan di
masa mendatang, misalnya ketidakmampuan belajar atau adanya retardasi mental. Secara teoritis, jika janin dapat mengalami hal-hal yang positif selama dalam rahim, maka hal yang sebaliknya mungkin juga terjadi. Salah satu teori terjadinya depresi pada seseorang adalah belajar tidak berdaya. Ini dapat terjadi jika ia mendapatkan suatu rangsangan yang tidak dikenali, tak terhindarkan, dan ia tidak mampu menanggulanginya. Janin hanya memiliki sedikit kemampuan untuk menanggulangi rangsangan yang diterimanya. Beberapa rangsangan yang mungkin merugikan adalah suara keras, nikotin, dan yang paling menarik adalah stres. Reaksi janin terhadap emosi ibu termasuk stres mungkin melalui hormon yang melindungi plasenta, peningkatan tekanan arterial ibu, atau peningkatan tonus otot rahim yang dapat membatasi ruang geraknya.
Kelahiran janin dari ibu yang mengalami stres akan menyebabkan bayi lahir
dengan predisposisi menderita gangguan jiwa di kemudian hari. Pada kondisi
ketidakberdayaan tubuh akan banyak mengeluarkan hormon kortisol yang dapat
menyebabkan turunnya daya kekebalan tubuh dan pada gilirannya nanti akan
menyebabkan penyakit-penyakit psikosomatis. Sayang pengetahun kita saat ini mengenai perilaku janin khususnya kemampuan belajarnya belum lengkap. Populasi normal kemampuan belajarnya yang sangat diperlukan untuk pedoman diagnosis belum diketahui. Namun dengan bukti-bukti bahwa stimulasi janin mampu meningkatkan perkembangan fisik, kematangan, dan kemampuan bayi, maka stimulasi umum pada janin tampaknya merupakan alternative yang dapat dipilih. Dengan adanya kemajuan teknologi dan peningkatan minat meneliti perilaku janin, maka di masa mendatang pengetahuan ini akan sangat bermanfaat, tidak hanya di bidang kedokteran jiwa tetapi untuk membentuk manusia-manusia berkualitas sejak di dalam kandungan.

PERKEMBANGAN OTAK PADA MASA KEHAMILAN, PENTINGNYA SITMULASI DAN GIZI JANIN

Oleh: Nawangsasi Takarini

1. Perkembangan otak dan organ janin

Pada kehamilan sekitar 2 1/2 minggu, epiblast sudah membentuk 3 jaringan khusus yang disebut ektoderm, endoderm dan mesoderm. Ektoderm tumbuh menjadi beberapa struktur termasuk otak, urat syaraf tulang belakang, syaraf, kulit, kuku, dan rambut. Endoderm membuat lapisan pelindung sistem pernapasan dan alat percernaan, dan membentuk bagian dari organ-organ tubuh yang penting seperti hati dan pankreas. Mesoderm membentuk jantung, ginjal, tulang, tulang rawan, otot-otot, sel-sel darah, dan struktur-struktur lainnya.
Setelah 3 minggu otak terbagi menjadi tiga bagian utama yang disebut dengan otak depan, otak tengah, dan otak belakang. Perkembangan sistem pernapasan dan sistem pencernaan juga sedang berlangsung. Antara 3 sampai 4 minggu, rancangan tubuh mulai muncul seperti otak, urat syaraf tulang belakang, dan jantung embrio dapat diidentifikasikan dengan mudah pada kantung inti telur. Pada kehamilan 4 minggu pertumbuhan otak yang cepat terlihat dengan adanya perubahan pada otak depan, otak tengah, dan otak belakang. Antara 4 sampai 5 minggu, otak terus tumbuh dengan cepat dan membagi menjadi lima bagian yang berbeda. Kepala mengambil bagian sebesar 1/3 total ukuran embrio. Hemisfer cerebral muncul secara berangsur-angsur menjadi bagian otak yang paling penting. Sejumlah fungsi yang akhirnya dikontrol hemisfer cerebral termasuk berpikir, belajar, ingatan, percakapan, penglihatan, pendengaran, gerakan yang disengaja dan penyelesaian masalah.
Setelah enam minggu hemisfer cerebral tumbuh lebih cepat dan tidak seimbang bila dibanding bagian otak lainnya. Embrio mulai membuat gerak-gerak spontan dan gerak-gerak refleks. Gerakan semacam itu penting untuk meningkatkan perkembangan otot syaraf yang normal. Sentuhan pada daerah mulut menyebabkan embrio secara reflektif menggerakkan kepalanya mundur. Gelombang otak telah tercatat sejak 6 minggu dua hari. Cegukan sudah terpantau sejak minggu ketujuh. Gerakan-gerakan kaki dapat dilihat sekarang, seiring dengan respon terkejut.
Minggu kedelapan adalah awal dari perkembangan otak. Pada minggu ini otak telah berkembang jauh dan mencakup hampir setengah dari berat badan embrio. Setelah 8 minggu, 75% dari embrio menunjukkan dominasi tangan kanan. Sisanya terbagi sama rata antara dominasi tangan kiri dan tidak ada preferensi. Ini adalah bukti terawal dari kebiasaan tangan kiri atau kanan. Pertumbuhan terus berlanjut dengan tingkat yang menakjubkan. Embrio menjadi lebih aktif secara fisik selama masa ini. Gerakan-gerakan yang terjadi mungkin cepat atau lambat, sekali-sekali atau berulang-ulang, spontan atau refleks. Rotasi kepala, penjuluran leher, dan sentuhan tangan ke muka terjadi lebih sering. Menyentuhnya bisa membuat embrio menyipitkan mata, menggerakkan rahang, membuat gerakan meraih, dan menjulurkan ujung kaki.
Setelah 9 minggu, janin mulai mengisap jempol dan janin dapat menelan cairan amniotik. Janin juga dapat menggenggam sesuatu, menggerakkan kepala ke depan dan ke belakang, buka tutup rahang, gerakkan lidah, mendesah dan merenggangkan badan. Syaraf penerima di wajah, telapak tangan, dan telapak kaki dapat merasakan sentuhan ringan. Janin akan merespon suatu sentuhan ringan di telapak kaki dengan menekuk pinggul dan lutut serta menangkupkan jari kaki.
Setelah 10 minggu, rangsangan kelopak mata sebelah atas menyebabkan mata berputarkebawah. Janin menguap dan sering membuka dan menutup mulut.Kebanyakan janin mengisap ibu jari tangan kanan.
Setelah 20 minggu cochlea yaitu organ pendengaran sudah mencapai ukuran orang dewasa dalam kesempurnaan pertumbuhan telinga bagian dalam. Sejak sekarang dan seterusnya, janin akan merespon serangkai suara yang semakin lama semakin banyak jangkauannya.
Pada kehamilan 21 sampai 22 minggu, setelah proses pembuahan, paru-paru mempunyai sejumlah kemampuan untuk bernapas. Hal ini dianggap sebagai umur viabilitas karena kemampuan bertahan hidup di luar kandungan menjadi mungkin untuk sejumlah janin. Seiring dengan keberhasilan dalam kemajuan perawatan medis menjadikan mungkin untuk dapat mempertahankan hidup bayi yang terlahir prematur.
Setelah 24 minggu kelopak mata kembali terbuka dan janin menunjukkan respon kerjapan mata. Reaksi terhadap suara-suara keras, yang mengejutkan biasa berkembang lebih awal pada janin perempuan. Sejumlah penelitian melaporkan bahwa paparan terhadap suara keras dapat mempengaruhi memburuknya kesehatan janin. Beberapa dampak langsung termasuk meningkatnya detak jantung yang berkelanjutan, janin menelan terlalu banyak, dan perubahan tingkah laku. Kemungkinan dampak jangka panjang termasuk hilangnya pendengaran. Selama trimester ketiga kehamilan, pertumbuhan otak yang cepat memakan lebih dari 50% energi yang digunakan oleh janin. Berat otak bertambah antara 400 dan 500%.
Setelah 26 minggu mata memproduksi air mata. Pupil dapat merespon cahaya sejak 27 minggu. Respon ini mengendalikan jumlah cahaya yang diterima retina seumur hidup. Seluruh komponen yang diperlukan dalam hal kepekaan penciuman telah berfungsi. Penelitian terhadap bayi prematur menunjukkan kemampuan untuk mendeteksi bau-bauan sejak 26 minggu setelah proses pembuahan. Apabila ditempatkan bahan yang manis dalam cairan amniotik mempertinggi tingkat penelanan yang dilakukan janin. Kebalikannya, terdapat penurunan tingkat penelanan pada janin setelah diberikan bahan yang terasa pahit. Seringkali diikuti oleh ekspresi wajah yang berubah. Serangkaian gerak kaki yang terlihat seperti melangkah serupa dengan berjalan, janin melakukan jungkir balik.
Setelah 28 minggu janin ini bisa membedakan suara yang bernada tinggi dan rendah. Selama 4 bulan terakhir masa kehamilan, janin memperlihatkan saat-saat aktivitas yang terkoordinasi ditandai dengan adanya waktu istirahat. Perangai ini menunjukkan refleks yang semakin rumit dari susunan sistem syaraf tengah.
Saat 35 minggu janin memiliki genggaman tangan yang kuat. Paparan janin terhadap berbagai bahan terlihat mempengaruhi preferensi rasa setelah lahir. Misalnya, janin yang ibunya memakan pekak, suatu bahan yang memberikan rasa pada manisan licorice, menunjukkan suatu preferensi terhadap pekak setelah lahir.
Setelah 36 minggu, janin memulai tanda-tanda kelahiran dengan mengeluarkan sejumlah besar hormon yang disebut estrogen dan kemudian memulai masa peralihan dari janin menjadi bayi baru lahi. Kelahiran ditandai dengan kontraksi kuat pada rahim yang kemudian mengakibatkan kelahiran anak.
Otak manusia seringkali dikatakan sebagai hal yang paling kompleks di seluruh alam semesta. Otak kita terdiri atas 100 milyar sel saraf (neuron), 1 trilyun sel glia yaitu sel support tambahan yang mengelilingi dan memelihara sel-sel saraf, serta sel-sel saraf yang membuat 1.000 trilyun titik kontak sinapsis dengan sel saraf lainnya – jumlah yang jauh lebih besar daripada semua bintang dan planet di seluruh galaksi.
Bahkan yang lebih mengherankan dari kompleksitas struktur otak adalah bagaimana asal otak tersebut terbentuk dan dinamikanya yang terus berlangsung. Kurang dari seminggu setelah indung telur dibuahi, selapis sel tipis telah membelah dan akan membentuk organ otak dan sistem saraf. Sebelum seorang wanita melewatkan masa haidnya yang pertama, tiga bagian dari otak embrionya telah memiliki batas. Dalam waktu kurang dari 33 minggu, otak janin telah terbentuk dengan terbentuknya sel-sel saraf.
Sejak kehamilan enam bulan, sel-sel itu saling berhubungan membentuk berbagai rangkaian fungsional (sirkuit) yang kompleks, ibarat rangkaian microchip komputer. Proses itu berlangsung sangat cepat dan kompleks sampai umur tiga tahun, melambat di usia sekolah dan remaja.
Kualitas kecerdasan anak tergantung pada kualitas sirkuit yang terbentuk sampai umur tiga tahun. Kualitas sirkuit tergantung pada kualitas rangsangan (stimulasi) yang didapat sejak di kandungan sampai umur tiga tahun pertama, dan kualitas nutrisi. Karena itu, kebutuhan nutrisi dan stimulasi dini sangat penting, terutama sejak di dalam kandungan sampai umur tiga tahun.

Senin, Oktober 12

UNDANGAN FISIOPEDI SURAKARTA BULAN OKTOBER

Pertemuan FisioPedi Surakarta bulan oktober 2009 akan diadakan pada:

undangan FISIOPEDI
Hari : Rabu
Tanggal : 14 Oktober 2009
Waktu : 13.30
Tempat : YPAC Surakarta
Tema : Stimulasi Janin
Pembicara : Ibu Nawangsasi Takarini M.Physio


Kontribusi :
Mahasiswa : Rp 10.000,00
Non/umum : Rp 20.000,00

Selasa, September 29

MIKROSEFALI, SI KEPALA KECIL

Jangan anggap remah bila ukuran lingkar kepala si kecil tak sesuai perkembangannya. Artinya, ada yang tak berkembang sempurna di otaknya.

Dikatakan mikrosefali bila ukuran lingkar kepalanya di bawah 2 standar deviasi atau minus rata-rata, dari standar baku yang sesuai dengan usia, jenis kelamin dan ras. Jadi kepalanya tampak kecil. Penampilannya bisa sebagai CP, retardasi mental, gangguan bicara, autism atau malah normal, tergantung penyebabnya.

GENETIK DAN DIDAPAT
Mikrosefali bisa terjadi karena familia / factor genetic / keturunan. Misal, karena bapak / ibunya punya kepala kecil hingga anak lahir kepalanya juga kecil. Tapi, ini biasanya normal.
Bisa juga karena patologis. Bapak dan ibunya punya ukuran kepala normal, tapi anak yang dilahirkan kepalanya kecil. Ini bisa akibat infeksi, semisal ibu waktu hamil mengalami gangguan plasenta atua kekurangan nutrisi sehingga berpengaruh pada perkembangan otak janinnya. Bisa juga karena sebab yang tak diketahui (idiopatik).
Pada mikrosefali terdapat keterlambatana perkembangan dan hamper semua pusat terkena, semisal pusat bahasa, pusat gerak, dan lain-lain. Terutama pada masalah bahasa dan intelegensinya. Memang kecenderungan keterlambatannya kea rah menta, kendati bisa juga ditemui gejala keterlambatan motorik, seperti diplegia spastic atau hemiplegia.



PENGOBATAN
Pada prinsipnya, komplikasi tergantung seberapa parah kerusakan otaknya. Peengobatan pada anak pun umumnya tergantung penyebabnya. Misal, bila karena infeksi toksoplasma diberilah obat-obat anti toksoplasma, begitupun bila karena sitomegalovirus.
Biasanya anak diobati selama setahun. Lalu, misal, bila anak mikrosefali yang normal, kemudian sampai terjadi CP, maka pengobatannya pun sama seperti pada CP. Pengobatannya juga simptomatik. Jadi kalau anak timbul kejang, diberi obat anti kejang. Selain juga dengan pemberian terapi-terapi, semisal fisioterapi, dan lain-lain. Umumnya anak sulit berkembang normal karena tak banyak pengobatan yang bisa dilakukan pada kerusakan otak ini.

Source: nakita

Jumat, September 11

MENGENAL CEREBRAL PALSY

Cerebral Palsy bisa terjadi akibat infeksi di kandungan atau saat dilahirkan. Bisa juga infeksi terjadi dalam masa tumbuh kembang si anak. Secara harafiah cerebral berarti otak dan palsy adalah kelumpuhan. cerebral palsy atau CP merupakan gangguan / kelainan tonus otot / kelumpuhan yang disebabkan gangguan menetap di otak. Manifestasi kelainan otot ini bisa bermacam-macam; ada yang lemas, kaku sekali, ada yang tangannya bergerak-gerak terus. Hal ini sangat tergantung di mana lokasi kerusakann otak terjadi.

Sebagian besar CP amat berat kondisinya dan yang diharapkan adalah anak bisa mandiri. Jadi yang dilakukan adalah memaksimalkan kemampuan anak dan bukan dengan tujuan menyembuhkan penyakitnya.



TIGA BAGIAN PENYEBAB

Pada dasarnya penyebab CP terbagi sebagai berikut;

A. Sebelum Lahir
Masalahnya mungkin terjadi pada saat pembuahan berlangsung dan selama bayi di kandungan sehingga menghasilkan keadaan tak normalyang berhubungan langsung dengan kerusakan jaringan saraf.

Faktor-faktornya antara lain:
• Ibu menderita penyakit / infeksi
Ini merupakan bawaan lahir. Gangguan pada bayi mungkin muncul di awal kehamilan, yaitu masa- masa penentu bagi pertumbuhan dan pembentukan tubuh janin.
Contohnya ibu terserang infeksi rubella, toksoplasma, atau sitomegalo virus yang bisa terjadi pada usia kehamilan trimester pertama. Gangguan juga bisa muncul saat kehamilan memasuki usia trimester ketiga. Penyebab lain, ibu menderita penyakit berat seperti tifus, kolera, malaria kronis, sifilis, TBC, dan lainnya yang berpengaruh pada janin. Infeksi-infeksi ini mengganggu perkembangan jaringan otak hingga menimbulkan kerusakan jaringan otak. Jadi, saat bayi lahir, jaringan otaknya tak berkembang sempurna dan memungkinnkan terjadi CP.

• Perilaku ibu
Ibu yang mengkonsumsi obat-obatan, merokok, minum-minuman keras. Begitu juga ibu yang mengalami depresi dan tekanan darah tinggi. Semua ini bisa merusak janin, baik mental maupun fisik.

• Masalah gizi
Ini berkaitan juga dengan masalah social ekonomi. Ibu yang tinggal dengan kondisi ekonomi kurang mampu sementara anaknua banyak, otomatis asupan gizinya pun kurang, masalah gizi ini akhirnya akan terbawa smpai anaknya lahir. Ibu hamil yang menderita kekurangan gizi akan berpengaruh pada pembentukan dan perkembangan otak janinnya. Alhasil, bisa menyebabkan kerusakan jaringan di otak.



B. Saat Lahir
• Terkena infeksi jalan lahir
Ini cukup sering mengakibatkan ketidaknormalan bayi karena terjadi gangguan pada proses persalinan. Jalan lahir itu kotor dan banyak kuman. Jika ibu mengalami infeksi TORCH, misal, bayi bisa terkena infeksi jalan lahir tersebut.

• Hipotoksik Iskemik Ensefalopati /HIE
Saat lahir, bayi dalam keadaan tak sadar. Bahkan tak menangis justru mengalami kejang hingga kekurangan oksigen ke otak. Akibatnya, jaringan otak rusak. Keaddan ini sering terjadi pada bayi yang lahir dengan nilai Apgar anak sangat rendah (di bawah 4)

• Kelahiran yang sulit
Sebetulnya, pemakaian alat bantu seperti vakum saat persalinan tak masalah, kok. Yang bisa mengganggu bayi adalah lamanya di jalan lahir karena berbagai penyebab, semisal kepala bayi lebih besar dari panggul ibu, atau ada lilitan tali pusat sehingga ditarik tak mau keluar atau ibu tak kuat menerannya. Akibatnya, bayi tak bisa bernafas dan ini akan berpengaruh langsung ke otak.

• Asfiksia
Bayi lahir tak bernafas. Bisa karena paru-parunya penuh cairan atau karena ibu mendapatkan anestesi (obat bius) terlalu banyak. Karena bayi tak bernafas, organ otak yang sensitive terhadap oksigen tak mendapatkan oksigen yang cukup. Hal ini dapat merusak otak.

• Bayi lahir prematur
Termasuk bayi beresiko tinggi mengalami gangguan karena lahir belum waktunya atau kurang dari 32 minggu. Kemungkinan pertumbuhan dan perkembangan jaringan organ tubuhnya belum sempurna. Termasuk jaringan di otaknya.

• Berat lahir rendah
Selain bobotnya rendah, bayi kekurangan nutrisi. Meski lahir cukup bulan tapi bobotnya kurang dari 2500 gram. Ini bisa terjadi karena ibu kekurangan gizi saat hamil sehingga perkembangan janin terlambat.

• Perdarahan otak
Perdarahan di bagian otak dapt mengakibatkan penyumbatan hingga anak menderita hidrosefalus. Perdarahan dapat pula menekan jaringan otak hingga terjadi kelumpuhan.

• Bayi kuning
Jika bayi mengalami kuning yang berbahaya, semisal karena kelainan inkompatibilitas golongan darah, yaitu ibu bergolongan O sedangkan bayinya A atau B. selain itu, bayi yang mengalami hiperbilirubunemia atau kuning yang tinggi, lebih dari 20 mg/dl hingga bilirubin bebasnya melekat di jaringan otak. Ini menyebabkan perkembangan jaringan otak terganggu. Karena itu, bayi kuning harus segera mendapat penanganan tepat di minggu pertama kejadian.



C. Sesudah Lahir
Biasanya paling rentan terjadi di usia –usia 0-3 tahun. Ada banyak penyebabnya. Antara lain,

• Infeksi pada selaput otak atau jaringan otak
Umumnya bayi usia muda sangat rentan terhadap penyakit, semisal meningitis dan ensefalitis pada usia setahun pertama. Ada kemungkinan penyakit tersebut menyerang selaput otak dan jaringan otak bayi hingga menimbulkan gangguan pada perkembangan otaknya.
Bila infeksinya terjadi di bawah usia 3 tahun, umumny akan mengakibatkan CP. Sebab, pada waktu itu otak sedang dalam perkembangan menuju sempurna. Jadi, anak yang terkena infeksi meningitis ( radang selaput otak) di usia 5 tahun dan menjadi lumpuh, ia tak disebut CP melainkan komlikasi meningitis.

• Kejang / stuip
Dapat terjadi karena bayi terkena penyakit dan suhu tubuhnya tinggi hingga timbul kejang. Kejang dapat pula karena infeksi yang dialami si anak. Kemungkinan lain, anak menderita epilepsy. Kejang-kejang, terutama yang lama dapat menimbulkan gangguan di otak.

• Karena trauma / benturan
Bayi yang sering mengalami jatuh dan menimbulkan luka di kepala, apalagi luka di bagian dalam kepala / perdarahan di otak , dapat menyebabkan kerusakan jaringan otaknya. Kerusakan tergantung dari hebatnya atau kuatnya benturan. Akibatnya, sebagian kecil jaringan otak rusak. Memang tak bisa dilihat secara pasti seberapa besar kerusakan otak yang terjadi.



Disandur dari Nakita : Memahami dan Menangani Anak dengan Kebutuhan Khusus (Cerebral Palsy): Mengenal Cerebral Palsy. 2002

Selasa, September 8

Undangan Pertemuan Fisiopedi Surakarta bulan September

Pertemuan FisioPedi Surakarta bulan September 2009 akan diadakan pada:

Hari : Kamis
Tanggal : 10 September 2009
Tempat : Rumah Bp. Slamet Rujito,
Jl. Matoa 2 no. 16, Surakarta (sebelah Masjid Baitur Rohim / dekat ATMI)
Waktu : 14.00 WIB s.d Selesai

Tema : Brain Booster
NaraSumber : Nawangsasi Takarini, M.Physio

Nb:
Kontribusi peserta:
* Mahasiswa = Rp. 10.000,-
* Umum = Rp 20.000,-

Sabtu, Agustus 29

TORCH SYNDROME (bag. II)

lanjutan dari Torch Syndrome (bag I)


SEKILAS TENTANG TORCH
(TOXO, RUBELLA, CMV, HERPES)



Penyakit TORCH merupakan kelompok infeksi beberapa jenis virus dan Toxoplasma yang semuanya memberikan sindrom menifestasi klinik yang hampir mirip satu dengan lainnya, sehingga sulit kiranya dipisahkan antara penyebab penyakit beberapa jenis virus tersebut dengan Toxoplasma sendiri berdasarkan sindrom gejala penyakit. Ini semua kemudian dijadikan satu disebut sebagai infeksi TORCH, singkatan dari inveksi oleh parasit Toxoplasma gondii, virus Rubella, CMV(Cytomega/o Virus), virus Herpes, Simplex (HSV1 - HSV2) dan kemungkinan oleh virus lain (Other viruses) yang dampak kliniknya lebih terbatas (misalnya Measles, Varicella, E.'-hovirus, Mumps, virus Vaccinia, virus Polio dan wus Coxsackie-B).

Penyakit TORCH yang ditimbulkan oleh Toxoplasma Gondii, Rubella, Cyto Megalo Virus (CMV), Herpes Simplex Virus (HSV) dan Virus tersebut mulai dikenal orang karena penyakit ini mensfebabkan kelainan dan berbagai keluhan yang bisa menyerang siapa saja, mulai anak-anak sampai orang dewasa, baik pria maupun wanita. Bagi Ibu yang terinfeksi ketika mengandung, dapat menyebabkan kelainan pertumbuhan pada bayinya. Kelainan pertumbuhan tersebut menghasilkan kelainan anak-anak dengan kecacatan fisik (physical deformities) dan cacat mental {mental retardatioct} yang beraneka ragam sehingga mengurangi kualitas generasi muda masp depan.


Infeksi TORCH dapat juga menyerang semua jaringan organ tubuh, termasuk organ sistem saraf pusat dan perifeirm yang mengendalikan fungsi-fungsi gerak, penglihatan, pendengaran, sistem kadiovaskuler serta metabolisme tubuh.


Amat disayangkanbahwa penyakit TORCH ini kurang dikenal masyarakat sehingga usaha pencegahan dan penyembuhannya belum diketahui sebagian besar masyarakat Indonesia, sementara salah satu, kemungkinan pembawa penyakit ini adalah hewan peiiharaan yang terdapat di sekitar kita.


Toxoplasma Gondii

Penyakit Toxoplasmosis bukan disebabkan virus tetapi disebabkan oleh bakteri Toxoplasma gondii. Parasit Toxoplasma ini biassa hidup di dalam usus hewan peliharaan rumah seperti anjing dan kucing, sehingga penularan penyakit dari hewan kepada manusia mudah terjadi. Hewan lain yang dapat menjadi pembawa Toxoplasma adalah tikus, burung merpati atau ayam, dan binatang ternak seperti kerbau.sapi atau kambing. Kebetulan daging binatang- binatang tersebut dikonsumsi manusia, sehingga kemungkinan penuiaran parasit ini semakin besar karena bentuk kehidupan Toxoplasma yang di usus sebagai mikrofilaria dapat berubah menjadi kista-kista yang masuk dalam peredaran darah dan deposit disela-sela jaringan otot/ daging. Bila penyakit ini menjangkiti seorang wanita hamil maka pada janin dalam kandungannya juga akan terinfeksi, dan menimbulkan berbagai kecacatan fisik pada anak setelah dilahirkan.

Penyakit Toxoplasma kongenital biasanya ditandai dengan gejala klinis korioretinitis, kalsifikasi serebri, mikrosefalus atau hidrosefaius. Gejqla lain yang mungkin menyertai gejala klinis utama tersebut adalah anemia, kejang, pembengkakan kelenjar air liur, muntah, bisul-bisul di kulit, radang paru-paru, diare, demam, kulit kuning, dan pengapuran dalam tengkorak. Gejala-gejala tersebut umumnya tampak setelah bayi berusia 1 tahun atau lebih kemudian bila tidak ditangani akan diteruskan dengan kejang-kejang serta keterlambatan pertumbuhan fisik dan mental pada usia selanjutnya, sehingga saat itu telah terlambat untuk menyembuhkan penyakitnya secara tuntas.


Infeksi viral dan parasit Toxoplasma gondii pada ibu hamil seakan tanpa menimbulkan gejala yang nyata atau tidak berpengaruh terhadap ibu itu sendiri, tetapi mempunyai dampak yang serius terhadap janin yang dikandungnya, dapat terjadi keguguran, atau seandainya berhasil dalam kelahiran, kemungkinan anak menjadi cacat fisik maupun mental di kemudian hari, dan biasanya akan tetap disandang untuk selamanya.


Infeksi virus Rubella merupakan penyakit infeksi ringan pada anak dan dewasa, tetapi jika terjadi pada wanita yang sedang mengandung maka virus ini menembus dinding plasenta dan langsung menyerang janin. Gejala klinis yang biasa muncul setelah bayi terinfeksi lahir adaiah mata katarak, kelainan jantung, atau tuli. Gejala lain yang biasa menyertai adaiah berat badan rendah, trombcsitopeni, kelainan tulang, kelainan kelenjar endokrin, kekurangan hormon pertumbuhan, diabetes atau radang paru-paru.

Virus Rubella dapat ditularkan melalui urin maupunkontak pernafasan, dan memiliki masa inkubasi antara 2- 3 minggu. Penderita dapat menularkan penyakit ini selama seminggu sebelum dan sesudah timbulnya rash (bercak- bercak merah) pada kulit. Rash pada Rubella berwarna merah jambu, menghilang dalam waktu 2-3 hari, dan tidak selalu muncul untuk semua kasus infeksi.


Cyto Megalo Virus (CMV)

Virus Cyto Megalo Virus (CMV) termasuk keluarga virus Herpes. Sekitar 50% sampai 80% orang dewasa mamiliki antibodi anti CMV. Infeksi primer virus ini terjadi pada usia bayi, anak-anak, dan remaja yang sedang dalam kegiatan seksual aktif. Penderita infeksi primer tidak menunjukkan gejala yang khusus, tetapi virus terus hidup dengan status "laten" dalam tubuh penderita selama bertahun-tahun. Virus CMVakan aktif apabilainang mengalami penurunan kondisi fisik.dan kadang-kadang memunculkan keluhan seperti : vertigo, migran, radang sendi, radang tenggorokan, radang lambung, lemah lesu dan beberapa keluhan pada saraf matadan saraf otak.

Jika infeksi pada wanita hamil terjadi pada awal kehamilan maka kelainan yang ditimbulkan semakin besar. Hanya sekitar 5 hingga 10 bayi yang terinfeksi CMV selama masa kehamilan menunjukkan gejala kelainan sewaktu dilahirkan. Gejala klinis yang umuin dijumpai adaiah berat badan rendah, hepatomegali, splenomegali, kulit kuning, radang paru-paru, dan kerusakan sel pada jaringan saraf pusat. Gejala non saraf akan muncul pada beberapa minggu pertama, cacat pada jaringan saraf akan berlanjut menjadi kemunduran mental, tuli. rabun dan mikrosefali.

Herpes Simplex Virus Herpes Simplex (HSV) dibedakan menjadi dua HSV1 dan HSV2, penyebab 84% kasus penyakit kelamin

Herpes adalah HSV2.

Perbedaan HSV1 dan HSV2 adalah :

  • bagian yang disukai HSVI: kulit dan selaput lendir mukosa di mata atau mulut, hidung, telinga HSV2: kulit dan selaput lendir pada alat keiamin dan perianal
  • bentuk pada kulit HSV1 : membentuk bercak verikel-verikel kecil tersebar HSV2 : membentuk bercak verikel-verikel besar, tebal, dan terpusat

Wanita hamil yang terinfeksi HSV2 harus ditangani secara serius, karena vims dapat menembus plasenta dan menimbulkan kerusakan neonatal, dampak-dampak kongenital dan kematianjanin. Salah satu resiko yang dihadapi penderita adalah kematian, tetapi hal ini jarang terjadi. Selama belum dilakukan pengobatan yang efektif, perkembangan penyakit Herpes sukar diramalkan. Jika infeksi dini segera diobati maka kemungkinan risiko dapat dihindarkan, sedangkan infeksi rekurens hanya dapat dibatasi frekuensi kambuhnya.



Diagnosa Penyakit TORCH

Proses diagnosa medis merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk menangani suatu penyakit. Diagnosa difakukan bardasarkan prinsip bahwa suatu penyakit dapat dikenali dengan mernperhatikan ciri geJala klinis pada tubuh pasien yang ditimbulkan penyakit tersebut. Keadaan penyakit yang diderita dapat juga diukur dengan memperhatikan gejala klinis misalnya, adanya panas badan tinggi atau sudah menurun, atau sakit kepala yang telah berkurang. Semua gejala yang teramati kemudian dibandingkan dengan pengetahuan mengenai penyakit dan ciri-cirin/a, bila terdapat kecocokan maka dapat ditentukan jenis penyakitnya.

Tetapi diagnosa berdasarkan pengamatan gejala klinis tidak selalu menyelesaikan masalah dan menjadi sukar dilaksanakan, maka dilakukan diagnosa laboratorik dengan memeriksa serum darah penderita, untuk mengukur titer-titer antibodi IgM atau IgG-nya.

Penderita torch kadang tidak menunjukkan gejala klinis yang spesifik, bahkan bisa tenadi sama sekali tidak merasakan sakit. Secara umum keluhan yang dirasakan sama sebagaimana penyakit-penyakit lain diantaranya seperti: mudah pingsan, pusing, vertigo, migran, penglihatan kabur, pendengaran tergariggu, radang tenggorokan, radang sendi, nyeri lambung, lemah lesu, kesemutan, sulittidur,epilepsi, dan beberapa keluhan lainnya.

Sementara untuk kasus kehamilan ; sulit hamil, keguguran, organ tubuh bayi tidak lengkap, lahir cacat fisik maupun mental, autis, ketsriambatan tumbuh kembang anak, dan beberapa ketidaksempurnaan lainnya, Namun begitu gejala tersebut diatas tentu belum membuktikan adanya penyakit TORCH sebelum dibuktikan dengan uji laboratorik.


Diambil dari : Yayasan Aquatret Therapy Indonesia ( www.spesialis – torch.com)

TORCH SYNDROME (bag. I)

Pertemuan FisioPedi Surakarta tanggal 19 Agustus kemarin membahas tentang sindrom Torch. Sebelumnya kami berterimaKasih kepada probandus sebagai model praktik penatalaksanaan Fisioterapi (bayi ber-inisial "T"); berikut sekilas tentang probandus;

  • hasil IGg Rubella:305,IGm19 ul.
  • BBL 1,8 kg.
  • Manifestasi rubellanya adalah bayi tsb menderita katarak kongenital, lemah detak jantungnya EEG ada kalsifikasi / iritasi pada seluruh lobus otak (frontal,occ,parietal,temporal),nistagmus pada mata,reflek2 primitif terlambat munculnya.
  • Program fisioterapi yg diberikan: Neuro stucture, Joint guard, braingym, stimulasi fungsional indra, head & trunk kontrol,memunculkan reflek2primitif kemudian mengarahkannya ke fungsi yang fisiologis.
  • Anak dg rubella syndrome tsb stlh terapi selama 1,5 bln,perkembangannya semakin baik, mata sdh fokus (nistagmus jarang muncul,jantung detaknya bertambah kuat,seblm terapi bayi blm bisa apa2, sekarang sdh mau miring2 dan berguling dari tdr tengkurap./fungsionalnya membaik)

berikut ini sekilas tentang Rubella / Sindrom Torch


Minggu, Agustus 16

Pertemuan FisioPedi Surakarta Agustus 2009

Pertemuan FisioPedi Surakarta bulan Agustus 2009 ini akan diselenggarakan pada;

-hari : Rabu
-tgl : 19 Agustus 2009
-wktu: 14.00 WIB s.d. selesai
-tempat : Lab. Terapi Latihan. Jurusan Fisioterapi Poltekkes Surakarta
-tema: Syndrom Torch (rubella)
-narasumber: Nawangsasi Takarini, M.Physio


Bagi yang berminat silakan menghadiri pertemuan tersebut.

Sabtu, Agustus 8

SENSORY INTEGRATION DISFUNCTION

Lanjutan “PROGRAM SENSORI INTEGRASI UNTUK MENGOPTIMALISASI ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS”

SENSORY INTEGRATION DISFUNCTION


Gangguan ini juga dikenal dengan ketidak efisiennya sensori integrasi. Dalam hal ini otak tidak mampu memproses sensasi secara efisien bukan karena adanya kerusakan otak tetapi seperti adanya kemacetan lalu lintas di otak.

Disfungsi bisa terjadi karena inefisien intake sensori, dimana otak menerima terlalu banyak atau sedikit informasi sensori, atau dikenal dengan hiperreaktif dan diporeaktif.

Yang kedua bisa disababkan karena disorganisasi saraf, dimana otak tidak mampu menerima sensori karena disconnect, atau karena otak mampu menerima, tapi tidak konsisten, atau otak mampu menerima dan konsisten tapi tidak berhubungan dengan tepat dengan pesan sensori sehingga respon yang dihasilkan kurang tepat.

Yang ketiga karena adanya inefisien output yang berupa gerak , bicara atau emosi, disini, otak tidak efisien dalam memproses pesan sensori sehingga respon yang dihasilkan akan menyimpang dari yang diharapkan.

Gangguan proses input sensori biasanya karena individu tidak mampu mengintegrasikan indra dekat, ditambah sensori pendengaran dan penglihatan. Biasanya anak akan mengalami gangguan dalam perencanaan gerakan, koordinasi kedua sisi tubuh, keseimbangan, koordinasi mata dan tangan, bahasa, dan persepsi visual. Akibat yang terjadi bermacam-macam antara lain kesulitan dalam belajar, perkembangan dan perilaku.

GANGGUAN DALAM TAKTIL
Terjadi karena CNS tidak mampu memproses secara efisien sensasi yang diterima oleh kulit. Anak akan mengalami kesulitan dalam sentuhan, tersentuh oleh objek atau orang. Anak mungkin tidak mampu membedakan sensasi yang berbahaya dan yang tidak , mungkin anak-anak akan salah dalam mengintepretasikan sentuhan yang bersahabat sebagai sentuhan yang membahayakan, mereka mungkin juga kesulitan membedakan benda.

Respon yang biasa timbul dikenal dengan istilah flight, fright and fight.


Contoh gangguan sensasi taktil:
1. Tidak suka / menjauhi sentuhan yang ringan / lembut
2. Reaksi berlebihan terhadap nyeri
3. Menghindari tekstur tertentu
4. Tidak suka disentuh bagian kepala / muka
5. Tidak suka berjalan tanpa alas kaki pada jalan yang kasar
6. Tidak bereaksi pada nyeri
7. Kesulitan memegang / mempertahankan alat tulis, dll.




Contoh Gangguan Vestibular;
1. Takut akan mainan bergerak, berputar atau ketinggian
2. Cepat lelah salama aktivitas fisik
3. Keseimbangan jelek
4. Kesulitan mengenal anggota tubuh
5. Keterampilan motorik halus yang kurang bagus
6. Cepat frustasi dan menyerah
7. Kepercayaan diri yang rendah
8. Kesulitan untuk berteman.


Contoh gangguan propioseptif;
1. Kesulitan merencanakan, melakukan dan mengontrol gerakan
2. Kesulitan naik dan turun tanga
3. Memegang pensil atau krayon terlalu lemah atau terlalu kuat
4. Selalu menyangga kepala dengan tangan ketika beraktivitas di meja
5. Selalu duduk pada ujung kursi sehingga kaki bisa menyentuh lantai untuk ekstra stabilitas
6. Keseimbangan yang buruk ketika berdiri pada satu kaki
7. Kurang percaya diri / selalu mengatakan “saya tidak bisa” sebelum mencoba.


PERAN ORANG TUA
1. Buat catatan apa yang mengganggu pada anak anda
2. Segera konsultasi dengan terapis untuk dilakukan evaluasi dan terapi
3. Sabar, konsisten dan berikan support untuk program terapi
4. Bantu anak mengontrol tubuh dan hidupnya.

Kamis, Juli 30

PROGRAM SENSORI INTEGRASI UNTUK MENGOPTIMALISASI ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS

PROGRAM SENSORI INTEGRASI UNTUK MENGOPTIMALISASI ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS
(disampaikan dalam dialog interaktif Special Need Center 4 Oktober 2003)



Sensori integrasi adalah proses neurologis dari pengorganisasian informasi yang kita dapat dari tubuh kita dan dari lingkungan sekitar kita yang berguna untuk aktifitas sehari-hari.

Kita mengenal indra atau senses dengan istilah panca indra meliputi pendengaran, penciuman, perasa, penglihatan, dan peraba. Namun dalam membahas tentang sensori integrasi / SI kita akan belajar senses lain selain panca indra. Senses terbagi dua, yaitu indra jauh dan indra dekat. Indra juh itulah yang kitakenal dengan panca indra dimana kita mampu mengontrolnya, misalnya membedakan suara. Sedangkan indra dekat disebut juga dengan indra tersembunyi karena kita tidak menyadarinya, kita tidak mampu untuk mengontrolnya secara langsung. Indra ini sangat penting untuk mempertahankan hidup, dan berfungsi untuk merespon apa yang terjadi di dalam tubuh kita.

Ada tiga indra dekat, yaitu:
1. Taktile / sentuhan, akan memproses informasi tentang sentuhan terutama yang diterima melalui kulit.
2. Vestibular, memproses informasi tentang gerakan gravitasi dan keseimbangan yang diterima melalui organ yang berada dalam telinga.
3. Propioseptif, memproses informasi tentang posisi tubuh dan anggota tubuh yang diterima oleh otot, ligament dan sendi.

Ketiga senses ini sangat penting dalam perkembangan anak, dengan berfungsi secara efisiennya, indra dekat ini, maka anak akan mampu melihat, mendengat dan berkonsentrasi terhadap lingkungan dengan baik.


SI terjadi pada sistem saraf pusat dimana tugas utamanya adalah mengintegrasikan sistem indra. Menurut Ayres lebih dari 80% dari sistem saraf terlibat dalam proses pengorganisasian input sensoi, sehingga kita mengenal otak sebagai mesin pemroses sensori.

Ketika otak kita mampu berproses secara efisien, maka respon kita akan tepat dan otomatik. Contoh ketika kita sedang membaca Koran kemudian dating anak kita mengatakan “I love you” , maka apa respon anda?


PERKEMBANGAN NORMAL SENSORI INTEGRASI PADA ANAK

Level 1. Primary sensory System
Pada umur 2 bulan anak sudah mampu menerima informasi yang sangat banyak dari sensori input dan mengembangkannya untuk belajar di waktu yang akan dating. Senses yang bekerja yang paling mendasar adalah vestibular, taktil, dan propioseptif.

Level 2. Perceptual motor foundation
Setelah pada level 1 teringrasi, maka anak pada umur satu thun mulai berkembang persepsi tubuh dan kesigapan tubuhnya. Dimana anak mulai mengenal bagian tubuh, bagaimana hubungan dari bagian tubuh tersebut dan juga bagaimana gerakannya. Visual sangat berperan dalam hal ini.

Level 3. Perceptual Motor Skill
Pada level ini, anak mulai berkembang persepsinya, pemahaman bahasa dari sensori yang diterimanya. Semua informasi sensori membuat anak dapat berinteraksi dengan lingkungan. Pendengaran bertambah bagus dengan mengerti bahasa, dan berkomunikasi, indra penglihatan mampu menerima informasi secara lebih akurat. Koordinasi mata dan tangan juga lebih berkembang.

Level 4. Academic readiness
Akhir dari produksi dari sensori integrasi adalah pengembangan ketrampilan akademiknya, termasuk penfgertian abstrak, sebab akibat, kemampuan keterampilan motoriknya, mampu mengendalikan perilakunya, kemampuan mengendalikan setiap sisi tubuhnya pemahaman tentang sesuatu yang dilihatnya, anak juga mampu mengendalikan emosi dan kebiasaannya.



Bersambung ke SENSORY INTEGRATION DISFUNCTION

TENTANG FISIOTERAPI PEDIATRI SURAKARTA

Fisioterapi Pediatri Surakarta (FisioPedi Surakarta / FisioPedi Solo) merupakan suatu organisasi / komunitas Fisioterapi yang berkecimpung dalam bidang Pediatri. FisioPedi Surakarta pertama kali diadakan pada Rabu, 5 september 2007 di Ruang Fisioterapi YPAC Jl. Slamet Riyadi Surakarta.

Pada pertemuan itu dibahas:
• Latar Belakang perlunya diadakan pertemuan fisioterapi dengan peminatan pediatri (fisioterapi pediatri / FisioPedi)
• Memutuskan untuk mengadakan kegiatan pertemuan fisioterapi pediatri secara rutin sebulan sekali.
• Memulai mengadakan pendataan atau registrasi fisioterapis yang menekuni peminatan pediatri di daerah Surakarta dan sekitarnya.

Selanjutnya pertemuan Fisioterapi pediatri diadakan secara rutin sebulan sekali. Pada awalnya atau pada empat bulan pertama diadakan di YPAC Surakarta untuk selanjutnya bergiliran ditempat selain YPAC Surakarta.


LATAR BELAKANG PEMBENTUKAN FISIOPEDI SURAKARTA

Latar belakang perlu diadakannya FisioPedi berdasarkan pertemuan tersebut adalah;
1. Untuk meningkatkan profesionalitas fisioterapi pada umumnya dan profesionalitas pediatri khususnya.
2. Di Surakarta belum ada kegiatan khusus atau komunitas fisioterapi pediatri.
3. Untuk memperdalam ilmu pediatri sebagai follow up ilmu yang telah didapatkan dan perlunya mengikuti perkembangan keilmuan pediatri terkini.


PENGURUS HARIAN FISIOPEDI

Pengurus harian FisioPedi untuk pertama kali diputuskan melalui pertemuan FisioPedi Surakarta yang kesepuluh, sebagai berikut;

Ketua : Bp. Edy Waspada, AMF. ( Fisioterapis YPAC Surakarta)
Wakil : Ibu. Ambarwati Utari, AMF ( Fisioterapis BBRSBD Surakarta).
Sekretaris I : Ibu Nugraheni AS, AMF (Fisioterapis YPAC Surakarta )
Sekretaris II : Ibu Tri Farnianti, AMF.
Bendahara I : Ibu Hesti Sih Utami, AMF.
Bendahara II : Ibu Tri Rahayu, AMF.
Sie Humas : Ibu Wahyu Endang H, SST Ft.
Bp Agus Basuki, AMF.
Sie Ilmiah : Bp. Rubijanto, SST Ft .
Ibu Ni Made Arwati, SST Ft.

Pengurus FisioPedi Surakarta yang terbaru dapat dilihat di : “PENGURUS FISIOPEDI SOLO”




TENTANG BLOG FISIOPEDI SURAKARTA


Blog FisioPedi Surakarta dibuat dan dipublikasikan pada Jumat, 17 Juli 2009 dengan domain / alamat:
http://FisioPediSolo.blogspot.com dan http://www.FisioPediSolo.tk


Tujuan diciptakannya Blog FisioPedi Surakarta:
- sebagai salah satu upaya sosialisasi kegiatan FisioPedi Surakarta
- sebagai media atau sarana untuk memperdalam ilmu pediatri sebagai follow up ilmu yang telah didapatkan dan perlunya mengikuti perkembangan keilmuan pediatri terkin
- sebagai media informasi kepada masyarakat umum maupun profesi tentang pediatri (anak-anak) terutama dari segi Fisioterapi



PENGURUS BLOG FISIOPEDI SURAKARTA

Penanggung Jawab blog FisioPedi Surakarta: Nugraheni A.S., AMF
Administrator Blog FisioPedi Surakarta :



FisioPedi Surakarta memberikan layanan konsultasi, Tanya-jawab melalui email ke:
- fisio_ped@yahoo.com
- fisiopedisolo@gmail.com

atau dapat juga dengan langsung mengisi formulir di halaman “HUBUNGI KAMI”



SEKRETARIAT FISIOPEDI SURAKARTA

Perum Madu Indah 3 No. 2, Tohudan, Colomadu, Karanganyar, Surakarta
Kode pos : 57173
Telp : 0271 – 783027
Email : fisio_ped@yahoo.com

Jumat, Juli 24

Pediatric Disorders and Physiotherapy to Help Them

Most of us find illness and injuries to children uniquely distressing. We instinctively seek to protect children from harm and suffering. But we have to accept the reality that many pediatric disorders do occur. Fortunately, physiotherapy (physical therapy) can often help.

Among the many pediatric disorders, a few common examples are: scoliosis, torticollis, Osgood-Schlatter, sports and traumatic injuries, reluctant walkers, developmental disorders, cerebral palsy, and genetic disorders.

Physiotherapy for scoliosis - a curvature of the spine - consists of exercises to strengthen the back. Electrical stimulation is used for this type of pediatric disorders. The stimulation goes directly to the skeletal muscles. Chiropractic is also used in an effort to straighten the spine.

Torticollis is a type of pediatric disorders of the neck. There is a problem with one of the muscles of the neck so that the child is not able to hold his head up straight. The head will be tilted to one side. This chin will jut out on the opposite side of the neck. Physiotherapy can stretch this muscle so that the child can hold his head more normally.

Spinal cord injuries as pediatric disorders are difficult to treat. Children often do not want to do the work that is required to stay ahead of the deterioration that can be caused by this condition. Physiotherapy personnel are challenged to keep the child's spirits up as they teach them how to exercise with and without special equipment.

Brain injuries, including cerebral palsy and strokes are pediatric disorders that must be managed delicately. The neurological system is often not as sturdy as the skeletal or muscular systems. However, brain injuries also involve these other systems as well.

A new treatment for these pediatric disorders like brain injuries is using hyperbaric oxygen therapy (HBOT). In an atmosphere of high pressure oxygen, certain disfunctional areas of the brain may sometimes be revived.

Pediatric disorders such as sports injuries and traumatic injuries require different types of physiotherapy based upon the location and severity of the injury. If a child has repeatedly sprained the same ankle, therapy will necessarily focus on that ankle, as well as any body part that supports or counterbalances that ankle. Overall strength is important.

Traumatic injuries require a certain amount of psychological training, as the subject of the accident or other ordeal may bring on such distress that the child does not want to work. A good physiotherapist will be able to work with such a child. Traumatic injuries can also be severe enough that the physiotherapist plans a lengthy course of therapy to overcome them. Pediatric disorders like this require patience from everyone involved.

The list of pediatric disorders is long and varied. Not all of them can be helped by physiotherapy at this time. Presently, physical therapy can be used in many cases to relieve symptoms or even to reverse damage. Physiotherapy performs a valuable function in helping children live more normal lives.


Taken From : www.FisioSka.co.cc
Original Source : http://thephysiosite.com/

Metode Glenn Doman bagian II

Metode Glenn Doman Pada Anak Cerebral Palsy


Metode Glenn Doman juga bias diaplikasikan pada anak-anak cerebral palsy atau anak berkebutuhan khusus yang lain. Prinsipnya adalah membentuk “patterning” sesuai tahap perkembangan anak. Latihan yang dilakukan juga mengajarkan anak tentang gerakan yang benar, dengan pengulangan gerakan sebanyak mungkin dan sesering mungkin, sehingga anak mudah melakukan asosiasi persepsi dan gerakan tersebut bisa tersimpan di memori otak dengan baik. Programnya juga 24 hours treatment along life.

Assessment yang harus dilakukan antara lain :

  1. reflex primitive
  2. kemampuan yang sudah dimiliki anak
  3. spastisitas (dengan skala Ashworth)
  4. pola bernafas anak (terutama pada CP athetoid, dimana pola nafasnya paling jelek, bicara dan bernafas tidak bisa sinkron)
  5. usia pasien
  6. penyebab CP
  7. letak kerusakan di otak
  8. gerakan normal yang dilakukan
  9. persepsi
  10. asosiasi
  11. kognitif
  12. diagnosis medis dan diagnosa fisioterapi
  13. pemeriksaan sensoris ( semua panca indera)

Dalam pelaksanaannya perlu dipersiapkan antara lain :

    • anak harus dalam suasana nyaman
    • lingkungan cukp suplai Oksigen
    • sesuai kondisi sehari-hari, arahkan gerakan yang normal (programnya sama dengan aktifitas sehari-hari, selama 24 jam, tapi ditambah dengan terapi-terapi khusus yang sifatnya patterning untuk memudahkan anak mengingat dalam memorinya)
    • frekuensi latihan, intensitas, durasi (gerak yang normal) treatmentnya dari bangun tidur ke tidur lagi, bahkan tidur pun harus ditata (terapis yang paling baik adalah orang tuanya). Semakin banyak yang harus diberikan, semakin baik, maka harus mengunakan waktu dengan baik.

Musuhnya adalah waktu dan gravitasi :

  • pola sinergis yang muncul karena pasien tidak mampu mengantisipasi adanya gravitasi (sehingga gerakan CP dan stroke mengambang). Jika belum bias melawan gravitasi, maka tidak bias menapak, sehinga centering tubuh juga tidak bias (contohnya kalau pasien stroke ke sisi yang sehat, kalau CP ke arah yang sesuai tipe CPnya)
  • Semakin tidak bias memanfaatkan waktu, makadianggap loose hasilnya, sehingga harus menggunakan waktu dengan baik.

Bentuk latihannya yaitu :

Stimulasi sensoris-gerak. Semakin kognitifnya tidak terganggu semakin baik fungsinya untuk menyimpan memori. Dalam metode ini tidak ada stretching

Untuk stroke hemorage, latihan ini baru dilakukan setelah 4 minggu karena pembuluh darah dan tekanan darahnya masih rawan.

Gerakan metode ini dirasa berat, sehingga perlu oksigern dan air / elektrolit yang cukup dan baik, terutama bagi otak.

Misalnya; Pasien CP; bias merangkak dengan gaya spastic CP (berarti sudah bias telentang, tengkurap, latihan duduk “W” sit );

# repaterning : posisi tengkurap, kemudian dilatih merayap (paling tidak sampai 100 x), dilakukan jangan sendirian (terapis) karena untuk tangan dan kaki bersamaan.

Latihan ini bisa dikombinasi, antara lain :

  • Latihan mobilisasi (trunk: rotasi, flexi, extensi)
  • Latihan pada posisi tidur miring ; latihan shoulder (glenohumeral),kmeudian mobilisasi scapula, tungkai (saat mobilisasi tungkai pada posisi miring, tubuhnya harus tetap lurus)
  • Latihan patterning merayap (merayap ditempat, tidak berpindah tempat)
  • Posisikan merangkak, kemudian setelah ada reaksi anak akan merangkak, maka kita rangkakkan, bias berpindah tempat

Aktivitas yang digunakan adalah aktivitas sehari-hari, misal latihan merayap 30x, kalau capek istirahat, kemudian dilanjut lagi teru menerus selama 24 jam, yang totalnya bias hamper 500x gerakan merayap.

Programnya selama 24 jam: misakan, saat tidur posisinya seperti apa, jika dimandikan maka posisinya seperti apa, kemudian duduknya, makannya seperti apa. Baru setelah itu program khusus patterning dan stretching dan mobilisasi. (twenty four hours along life)

Latihan tidak boleh dilakukan samapai “over” training. Program dengan force penuh 4-6 jam. Latihan yang terstruktur lebih baik hasilnya, begitu juga dalam melatih anak membaca.


Resume oleh:

Lyza Nur Khafidha

Vega Ary Putri


Disampaikan dalam Pertemuan Fisiopedi yang diadakan di YPAC (Yayasan Penyandang Anak Cacat) pada tanggal 15 Juli 2009 dengan pembicara ibu Nawangsasi Takarini M.Physio tersebut membahas tentang metode Glenn Doman.


Baca Glenn Doman Bagian I


Sabtu, Juli 18

Glenn Doman

METODE GLENN DOMAN


Pertemuan Fisiopedi yang diadakan di YPAC (Yayasan Penyandang Anak Cacat) pada tanggal 15 Juli 2009 dengan pembicara ibu Nawangsasi Takarini M.Physio tersebut membahas tentang metode Glenn Doman.

Metode ini adalah salah satu metode pendekatan yang dapat digunakan sebagai penanganan pada kasus – kasus kelainan saraf. Metode Glenn Doman dipopulerkan oleh seorang Fisioterapis dari Jerman bernama Glenn Doman. Awalnya metode ini digunakan untuk penanganan kasus-kasus kelainan saraf pusat seperti stroke. Akan tetapi bagaimana pengembalian fungsi seperti semula, masih menimbulkan banyak pertanyaan.

Perkembangan selanjutnya, Glenn Doman kemudian magang di bedah neurology, dan akhirnya dia mengetahui bahwa jika ada kelainan atau kerusakan di otak maka otak itulah yang harus diperbaiki.

Metode ini hampir sama dengan metode neurodevelopmental. Inti dari metode Glenn Doman ini yaitu :

· Otak itu ibarat CPU, jadi jika kita ingin menangani permasalahan/kerusakan yang ada di otak, maka yang diperbaiki adalah otaknya.

· Otak merupakan sutu memori, sehingga apapun yang kita lakukan (penanganan yang kita lakukan) harus bias direkam oleh otak (terutama pada kasus kelainan saraf pusat).

Kita harus bias mengoptimalkan dan memfungsikan kelebihan yang dimiliki otak, yaitu plastisitas otak. Plastisitas otak merupakan kemampuan otak untuk mengambil alih fungsi bagian otak lain yang mengalami kerusakan.

Menurut Glenn Doman, pasien harus belajar untuk melakukan aktifitas untuk disimpan dalam otak. Pemberian latihan harus dilakukan sebanyak mungkin dan sesering mungkin. Programnya adalah 24 hours treatment dan aktifitas yang dilakukan tidak lepas dari aktifitas sehari-hari pasien.

Latihan yang dilakukan pada kasus SSP adalah aktifitas fungsional, sedangkan bentuk latihannya sifatnya adalah mengarahkan refleks patologis kea rah positif (fisiologis), dan harus bisa disimpan di memori otak.

Pada pasien stroke, seringkali latihan merayap dan merangkak tidak dilakukan, tapi pasien langsung dilatih berdiri kemudian berjalan, sehingga akibatnya pola jalan pasien tidak benar. Latihan yang dilakukan pada pasien stroke haruslah bersifat “repatterning” dan bertahap. Sehingga tahapan yang benar sebelum melatih berjalan adalah latihan merayap, merangkak,kneeling, kneeling dengan satu kaki dan kaki satunya dalam posisi seperti akan berdiri (telapak kaki salah satu kaki menumpu pada lantai sedangkan kaki satunya kneeling),kemudian dilanjutkan latihan berdiri dan berjlan. Tiap tahapan latihan tersebut harus dilakukan secara berulang-ulang sesering mungkin,bahkan jumlah pengulangan yang bias dilakukan tiap harinnya bias sampai 500 kali pengulangan. Tujuan dari pengulangan yang banyak tersebut adalah:

· Agar gerakan yang benar tersebut dapat tersimpan dengan baik di memori otak.

· Memudahkan pasien melakukan asosiasi persepsi terhadap suatu gerakan yang benar, karena semakin mudah melakukan asosiasi terhadap persepsi maka semakin mudah terbentuk di memori.


Resume oleh:

Lyza Nur Khafidha

Vega Ary Putri


Baca Glenn Doman Bagian II

Hubungi Kami

Silakan mengisi form di bawah ini untuk menghubungi kami. Anda dapat mengirimkan pertanyaan, konsultasi maupun saran dan kritik kepada kami. Anda juga dapat menghubungi kami melalui email : fisiopedisolo@gmail.com


+++++++++++


Nama
Email
Judul
Pesan




create web forms

PENGURUS FISIOPEDI SOLO

Pengurus Komunitas Fisioterapi Pediatri Surakarta Jawa Tengah


Ketua :
Edy Waspada, AMF

Wakil :
Ambarwati Utari, AMF

Sekretaris I :
Nugraheni AS, AMF

Sekretaris II :
Tri Farnianti, AMF

Bendahara I :
Hesti Sih Utami, AMF

Bendahara II :
Tri Rahayu, AMF

Sie Humas :
Wahyu Endang H, SST Ft
Agus Basuki, AMF

Sie Ilmiah :
Rubijanto, SST Ft
Ni Made Arwati, SST Ft


Sekretariat
Perum Madu Indah 3 No 2 Tohudan
Colomadu Karanganyar Surakarta 57173
Phone: 0271- 783027
Email: fisio_ped@yahoo.com

Blog: http://fisiopedisolo.blogspot.com dapat diakses melalui www.fisiopedisolo.tk
Penanggung Jawab Blog : Nugraheni AS, AMF
Administrator : Rohmat Saputro Wibowo
Email : fisiopedisolo@gmail.com

Jumat, Juli 17

Terima Kasih

Terima Kasih telah menghubungi kami...

untuk kembali ke halaman awal klik Home

Berlangganan / Subscribe via email

isi email anda pada kotak berikut untuk berlangganan artikel Fisiopedi Solo.

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

follow us

About This Site