[Home] [Forum Diskusi] [About Us] [Contact Us ] ====================================

Sabtu, Agustus 29

TORCH SYNDROME (bag. II)

lanjutan dari Torch Syndrome (bag I)


SEKILAS TENTANG TORCH
(TOXO, RUBELLA, CMV, HERPES)



Penyakit TORCH merupakan kelompok infeksi beberapa jenis virus dan Toxoplasma yang semuanya memberikan sindrom menifestasi klinik yang hampir mirip satu dengan lainnya, sehingga sulit kiranya dipisahkan antara penyebab penyakit beberapa jenis virus tersebut dengan Toxoplasma sendiri berdasarkan sindrom gejala penyakit. Ini semua kemudian dijadikan satu disebut sebagai infeksi TORCH, singkatan dari inveksi oleh parasit Toxoplasma gondii, virus Rubella, CMV(Cytomega/o Virus), virus Herpes, Simplex (HSV1 - HSV2) dan kemungkinan oleh virus lain (Other viruses) yang dampak kliniknya lebih terbatas (misalnya Measles, Varicella, E.'-hovirus, Mumps, virus Vaccinia, virus Polio dan wus Coxsackie-B).

Penyakit TORCH yang ditimbulkan oleh Toxoplasma Gondii, Rubella, Cyto Megalo Virus (CMV), Herpes Simplex Virus (HSV) dan Virus tersebut mulai dikenal orang karena penyakit ini mensfebabkan kelainan dan berbagai keluhan yang bisa menyerang siapa saja, mulai anak-anak sampai orang dewasa, baik pria maupun wanita. Bagi Ibu yang terinfeksi ketika mengandung, dapat menyebabkan kelainan pertumbuhan pada bayinya. Kelainan pertumbuhan tersebut menghasilkan kelainan anak-anak dengan kecacatan fisik (physical deformities) dan cacat mental {mental retardatioct} yang beraneka ragam sehingga mengurangi kualitas generasi muda masp depan.


Infeksi TORCH dapat juga menyerang semua jaringan organ tubuh, termasuk organ sistem saraf pusat dan perifeirm yang mengendalikan fungsi-fungsi gerak, penglihatan, pendengaran, sistem kadiovaskuler serta metabolisme tubuh.


Amat disayangkanbahwa penyakit TORCH ini kurang dikenal masyarakat sehingga usaha pencegahan dan penyembuhannya belum diketahui sebagian besar masyarakat Indonesia, sementara salah satu, kemungkinan pembawa penyakit ini adalah hewan peiiharaan yang terdapat di sekitar kita.


Toxoplasma Gondii

Penyakit Toxoplasmosis bukan disebabkan virus tetapi disebabkan oleh bakteri Toxoplasma gondii. Parasit Toxoplasma ini biassa hidup di dalam usus hewan peliharaan rumah seperti anjing dan kucing, sehingga penularan penyakit dari hewan kepada manusia mudah terjadi. Hewan lain yang dapat menjadi pembawa Toxoplasma adalah tikus, burung merpati atau ayam, dan binatang ternak seperti kerbau.sapi atau kambing. Kebetulan daging binatang- binatang tersebut dikonsumsi manusia, sehingga kemungkinan penuiaran parasit ini semakin besar karena bentuk kehidupan Toxoplasma yang di usus sebagai mikrofilaria dapat berubah menjadi kista-kista yang masuk dalam peredaran darah dan deposit disela-sela jaringan otot/ daging. Bila penyakit ini menjangkiti seorang wanita hamil maka pada janin dalam kandungannya juga akan terinfeksi, dan menimbulkan berbagai kecacatan fisik pada anak setelah dilahirkan.

Penyakit Toxoplasma kongenital biasanya ditandai dengan gejala klinis korioretinitis, kalsifikasi serebri, mikrosefalus atau hidrosefaius. Gejqla lain yang mungkin menyertai gejala klinis utama tersebut adalah anemia, kejang, pembengkakan kelenjar air liur, muntah, bisul-bisul di kulit, radang paru-paru, diare, demam, kulit kuning, dan pengapuran dalam tengkorak. Gejala-gejala tersebut umumnya tampak setelah bayi berusia 1 tahun atau lebih kemudian bila tidak ditangani akan diteruskan dengan kejang-kejang serta keterlambatan pertumbuhan fisik dan mental pada usia selanjutnya, sehingga saat itu telah terlambat untuk menyembuhkan penyakitnya secara tuntas.


Infeksi viral dan parasit Toxoplasma gondii pada ibu hamil seakan tanpa menimbulkan gejala yang nyata atau tidak berpengaruh terhadap ibu itu sendiri, tetapi mempunyai dampak yang serius terhadap janin yang dikandungnya, dapat terjadi keguguran, atau seandainya berhasil dalam kelahiran, kemungkinan anak menjadi cacat fisik maupun mental di kemudian hari, dan biasanya akan tetap disandang untuk selamanya.


Infeksi virus Rubella merupakan penyakit infeksi ringan pada anak dan dewasa, tetapi jika terjadi pada wanita yang sedang mengandung maka virus ini menembus dinding plasenta dan langsung menyerang janin. Gejala klinis yang biasa muncul setelah bayi terinfeksi lahir adaiah mata katarak, kelainan jantung, atau tuli. Gejala lain yang biasa menyertai adaiah berat badan rendah, trombcsitopeni, kelainan tulang, kelainan kelenjar endokrin, kekurangan hormon pertumbuhan, diabetes atau radang paru-paru.

Virus Rubella dapat ditularkan melalui urin maupunkontak pernafasan, dan memiliki masa inkubasi antara 2- 3 minggu. Penderita dapat menularkan penyakit ini selama seminggu sebelum dan sesudah timbulnya rash (bercak- bercak merah) pada kulit. Rash pada Rubella berwarna merah jambu, menghilang dalam waktu 2-3 hari, dan tidak selalu muncul untuk semua kasus infeksi.


Cyto Megalo Virus (CMV)

Virus Cyto Megalo Virus (CMV) termasuk keluarga virus Herpes. Sekitar 50% sampai 80% orang dewasa mamiliki antibodi anti CMV. Infeksi primer virus ini terjadi pada usia bayi, anak-anak, dan remaja yang sedang dalam kegiatan seksual aktif. Penderita infeksi primer tidak menunjukkan gejala yang khusus, tetapi virus terus hidup dengan status "laten" dalam tubuh penderita selama bertahun-tahun. Virus CMVakan aktif apabilainang mengalami penurunan kondisi fisik.dan kadang-kadang memunculkan keluhan seperti : vertigo, migran, radang sendi, radang tenggorokan, radang lambung, lemah lesu dan beberapa keluhan pada saraf matadan saraf otak.

Jika infeksi pada wanita hamil terjadi pada awal kehamilan maka kelainan yang ditimbulkan semakin besar. Hanya sekitar 5 hingga 10 bayi yang terinfeksi CMV selama masa kehamilan menunjukkan gejala kelainan sewaktu dilahirkan. Gejala klinis yang umuin dijumpai adaiah berat badan rendah, hepatomegali, splenomegali, kulit kuning, radang paru-paru, dan kerusakan sel pada jaringan saraf pusat. Gejala non saraf akan muncul pada beberapa minggu pertama, cacat pada jaringan saraf akan berlanjut menjadi kemunduran mental, tuli. rabun dan mikrosefali.

Herpes Simplex Virus Herpes Simplex (HSV) dibedakan menjadi dua HSV1 dan HSV2, penyebab 84% kasus penyakit kelamin

Herpes adalah HSV2.

Perbedaan HSV1 dan HSV2 adalah :

  • bagian yang disukai HSVI: kulit dan selaput lendir mukosa di mata atau mulut, hidung, telinga HSV2: kulit dan selaput lendir pada alat keiamin dan perianal
  • bentuk pada kulit HSV1 : membentuk bercak verikel-verikel kecil tersebar HSV2 : membentuk bercak verikel-verikel besar, tebal, dan terpusat

Wanita hamil yang terinfeksi HSV2 harus ditangani secara serius, karena vims dapat menembus plasenta dan menimbulkan kerusakan neonatal, dampak-dampak kongenital dan kematianjanin. Salah satu resiko yang dihadapi penderita adalah kematian, tetapi hal ini jarang terjadi. Selama belum dilakukan pengobatan yang efektif, perkembangan penyakit Herpes sukar diramalkan. Jika infeksi dini segera diobati maka kemungkinan risiko dapat dihindarkan, sedangkan infeksi rekurens hanya dapat dibatasi frekuensi kambuhnya.



Diagnosa Penyakit TORCH

Proses diagnosa medis merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk menangani suatu penyakit. Diagnosa difakukan bardasarkan prinsip bahwa suatu penyakit dapat dikenali dengan mernperhatikan ciri geJala klinis pada tubuh pasien yang ditimbulkan penyakit tersebut. Keadaan penyakit yang diderita dapat juga diukur dengan memperhatikan gejala klinis misalnya, adanya panas badan tinggi atau sudah menurun, atau sakit kepala yang telah berkurang. Semua gejala yang teramati kemudian dibandingkan dengan pengetahuan mengenai penyakit dan ciri-cirin/a, bila terdapat kecocokan maka dapat ditentukan jenis penyakitnya.

Tetapi diagnosa berdasarkan pengamatan gejala klinis tidak selalu menyelesaikan masalah dan menjadi sukar dilaksanakan, maka dilakukan diagnosa laboratorik dengan memeriksa serum darah penderita, untuk mengukur titer-titer antibodi IgM atau IgG-nya.

Penderita torch kadang tidak menunjukkan gejala klinis yang spesifik, bahkan bisa tenadi sama sekali tidak merasakan sakit. Secara umum keluhan yang dirasakan sama sebagaimana penyakit-penyakit lain diantaranya seperti: mudah pingsan, pusing, vertigo, migran, penglihatan kabur, pendengaran tergariggu, radang tenggorokan, radang sendi, nyeri lambung, lemah lesu, kesemutan, sulittidur,epilepsi, dan beberapa keluhan lainnya.

Sementara untuk kasus kehamilan ; sulit hamil, keguguran, organ tubuh bayi tidak lengkap, lahir cacat fisik maupun mental, autis, ketsriambatan tumbuh kembang anak, dan beberapa ketidaksempurnaan lainnya, Namun begitu gejala tersebut diatas tentu belum membuktikan adanya penyakit TORCH sebelum dibuktikan dengan uji laboratorik.


Diambil dari : Yayasan Aquatret Therapy Indonesia ( www.spesialis – torch.com)

TORCH SYNDROME (bag. I)

Pertemuan FisioPedi Surakarta tanggal 19 Agustus kemarin membahas tentang sindrom Torch. Sebelumnya kami berterimaKasih kepada probandus sebagai model praktik penatalaksanaan Fisioterapi (bayi ber-inisial "T"); berikut sekilas tentang probandus;

  • hasil IGg Rubella:305,IGm19 ul.
  • BBL 1,8 kg.
  • Manifestasi rubellanya adalah bayi tsb menderita katarak kongenital, lemah detak jantungnya EEG ada kalsifikasi / iritasi pada seluruh lobus otak (frontal,occ,parietal,temporal),nistagmus pada mata,reflek2 primitif terlambat munculnya.
  • Program fisioterapi yg diberikan: Neuro stucture, Joint guard, braingym, stimulasi fungsional indra, head & trunk kontrol,memunculkan reflek2primitif kemudian mengarahkannya ke fungsi yang fisiologis.
  • Anak dg rubella syndrome tsb stlh terapi selama 1,5 bln,perkembangannya semakin baik, mata sdh fokus (nistagmus jarang muncul,jantung detaknya bertambah kuat,seblm terapi bayi blm bisa apa2, sekarang sdh mau miring2 dan berguling dari tdr tengkurap./fungsionalnya membaik)

berikut ini sekilas tentang Rubella / Sindrom Torch


Minggu, Agustus 16

Pertemuan FisioPedi Surakarta Agustus 2009

Pertemuan FisioPedi Surakarta bulan Agustus 2009 ini akan diselenggarakan pada;

-hari : Rabu
-tgl : 19 Agustus 2009
-wktu: 14.00 WIB s.d. selesai
-tempat : Lab. Terapi Latihan. Jurusan Fisioterapi Poltekkes Surakarta
-tema: Syndrom Torch (rubella)
-narasumber: Nawangsasi Takarini, M.Physio


Bagi yang berminat silakan menghadiri pertemuan tersebut.

Sabtu, Agustus 8

SENSORY INTEGRATION DISFUNCTION

Lanjutan “PROGRAM SENSORI INTEGRASI UNTUK MENGOPTIMALISASI ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS”

SENSORY INTEGRATION DISFUNCTION


Gangguan ini juga dikenal dengan ketidak efisiennya sensori integrasi. Dalam hal ini otak tidak mampu memproses sensasi secara efisien bukan karena adanya kerusakan otak tetapi seperti adanya kemacetan lalu lintas di otak.

Disfungsi bisa terjadi karena inefisien intake sensori, dimana otak menerima terlalu banyak atau sedikit informasi sensori, atau dikenal dengan hiperreaktif dan diporeaktif.

Yang kedua bisa disababkan karena disorganisasi saraf, dimana otak tidak mampu menerima sensori karena disconnect, atau karena otak mampu menerima, tapi tidak konsisten, atau otak mampu menerima dan konsisten tapi tidak berhubungan dengan tepat dengan pesan sensori sehingga respon yang dihasilkan kurang tepat.

Yang ketiga karena adanya inefisien output yang berupa gerak , bicara atau emosi, disini, otak tidak efisien dalam memproses pesan sensori sehingga respon yang dihasilkan akan menyimpang dari yang diharapkan.

Gangguan proses input sensori biasanya karena individu tidak mampu mengintegrasikan indra dekat, ditambah sensori pendengaran dan penglihatan. Biasanya anak akan mengalami gangguan dalam perencanaan gerakan, koordinasi kedua sisi tubuh, keseimbangan, koordinasi mata dan tangan, bahasa, dan persepsi visual. Akibat yang terjadi bermacam-macam antara lain kesulitan dalam belajar, perkembangan dan perilaku.

GANGGUAN DALAM TAKTIL
Terjadi karena CNS tidak mampu memproses secara efisien sensasi yang diterima oleh kulit. Anak akan mengalami kesulitan dalam sentuhan, tersentuh oleh objek atau orang. Anak mungkin tidak mampu membedakan sensasi yang berbahaya dan yang tidak , mungkin anak-anak akan salah dalam mengintepretasikan sentuhan yang bersahabat sebagai sentuhan yang membahayakan, mereka mungkin juga kesulitan membedakan benda.

Respon yang biasa timbul dikenal dengan istilah flight, fright and fight.


Contoh gangguan sensasi taktil:
1. Tidak suka / menjauhi sentuhan yang ringan / lembut
2. Reaksi berlebihan terhadap nyeri
3. Menghindari tekstur tertentu
4. Tidak suka disentuh bagian kepala / muka
5. Tidak suka berjalan tanpa alas kaki pada jalan yang kasar
6. Tidak bereaksi pada nyeri
7. Kesulitan memegang / mempertahankan alat tulis, dll.




Contoh Gangguan Vestibular;
1. Takut akan mainan bergerak, berputar atau ketinggian
2. Cepat lelah salama aktivitas fisik
3. Keseimbangan jelek
4. Kesulitan mengenal anggota tubuh
5. Keterampilan motorik halus yang kurang bagus
6. Cepat frustasi dan menyerah
7. Kepercayaan diri yang rendah
8. Kesulitan untuk berteman.


Contoh gangguan propioseptif;
1. Kesulitan merencanakan, melakukan dan mengontrol gerakan
2. Kesulitan naik dan turun tanga
3. Memegang pensil atau krayon terlalu lemah atau terlalu kuat
4. Selalu menyangga kepala dengan tangan ketika beraktivitas di meja
5. Selalu duduk pada ujung kursi sehingga kaki bisa menyentuh lantai untuk ekstra stabilitas
6. Keseimbangan yang buruk ketika berdiri pada satu kaki
7. Kurang percaya diri / selalu mengatakan “saya tidak bisa” sebelum mencoba.


PERAN ORANG TUA
1. Buat catatan apa yang mengganggu pada anak anda
2. Segera konsultasi dengan terapis untuk dilakukan evaluasi dan terapi
3. Sabar, konsisten dan berikan support untuk program terapi
4. Bantu anak mengontrol tubuh dan hidupnya.

Berlangganan / Subscribe via email

isi email anda pada kotak berikut untuk berlangganan artikel Fisiopedi Solo.

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

follow us

About This Site