[Home] [Forum Diskusi] [About Us] [Contact Us ] ====================================

Kamis, Oktober 15

LANJUTAN DARI PERKEMBANGAN OTAK PADA MASA KEHAMILAN, PENTINGNYA SITMULASI DAN GIZI JANIN

2. Stimulasi Janin

Pada tahun 1925, Peiper untuk pertama kalinya meneliti perilaku janin. Ia mengamati reaksi gerakan janin pada akhir masa kehamilan akibat bunyi keras dan melengking dari sepeda motor yang berada dekat dengan perut ibunya. Janin ini ternyata membuat suatu
gerakan yang nyata. Jika percobaan ini diulang-ulang ternyata janin tidak
lagi bereaksi. Peiper menarik kesimpulan bahwa janin mampu mendengar.
Penelitian-penelitian mutakhir dengan peralatan canggih dan metodologi yang
lebih baik terfokus pada dua bidang: perilaku janin dalam kandungan, dan
bayi yang baru lahir. Feijee (1981, melaporkan janin usia kehamilan 30-37
minggu yang pada awalnya selalu bergerak, akan menghentikan gerakan setelah
diperdengarkan musik yang sama untuk ke-24 kalinya. Efek ini mampu
dipertahankan setelah bayi tersebut lahir 6 menit: bayi berhenti menangis,
membuka matanya, dan lebih tenang saat ia diperdengarkan musik yang pernah
didengarnya saat dijanin.
Jadi, janin menjadi terbiasa dengan rangsangan yang sama. Efek kebiasaan
yang sebenarnya bukan sekadar adaptasi dilaporkan mampu diperlihatkan oleh
janin usia kehamilan 28-37 minggu (Madisen, 1986). Kebiasaan ini dapat
berefek menurunkan reaksi gerakan tubuh juga detak jantung. Penelitian pada bayi baru lahir dilakukan oleh Salk(1962), menunjukkan bahwa bayi baru lahir dapat bereaksi terhadap nada dengan frekuensi normal detak jantung ibu, dan menjadi gelisah saat diperdengarkan nada 72
kali/menit, berat badannya lebih besar, jarang menangis, juga lebih cepat tertidur. Pada umur 3hari, bayi mampu mengubah pola mengisap puting susu ibu jika mendengar suara ibunya, tetapi tidaklah demikian dengan suara ayahnya (Casper, Spencer 1980). Demikian juga halnya saat diperdengarkan cerita novel yang telah dibaca ibunya saat mengandung, sekalipun cerita tersebut dibacakan oleh wanita lain (Casper, Spencer1986). Bagaimanakah mekanisme belajar janin tersebut? Menurut Rappert (1988), peneliti laboratorium Chronobiology Harvard Medical School, janin dapat mengenal suara dan cahaya dari luar melalui mekanisme konduksi pasif melintasi jaringan tubuh ibunya. Sedangkan menurut Salk (1960),janin belajar mengenal detak jantung ibunya melalui mekanisme "imprinting".
Kemampuan belajar janin, secara tidak langsung menunjukkan janin mampu
menerima rangsang sensoris, berasosiasi, dan mengingat. Adanya kekurangan
dari kemampuan tersebut mungkin merupakan indikator gangguan-gangguan di
masa mendatang, misalnya ketidakmampuan belajar atau adanya retardasi mental. Secara teoritis, jika janin dapat mengalami hal-hal yang positif selama dalam rahim, maka hal yang sebaliknya mungkin juga terjadi. Salah satu teori terjadinya depresi pada seseorang adalah belajar tidak berdaya. Ini dapat terjadi jika ia mendapatkan suatu rangsangan yang tidak dikenali, tak terhindarkan, dan ia tidak mampu menanggulanginya. Janin hanya memiliki sedikit kemampuan untuk menanggulangi rangsangan yang diterimanya. Beberapa rangsangan yang mungkin merugikan adalah suara keras, nikotin, dan yang paling menarik adalah stres. Reaksi janin terhadap emosi ibu termasuk stres mungkin melalui hormon yang melindungi plasenta, peningkatan tekanan arterial ibu, atau peningkatan tonus otot rahim yang dapat membatasi ruang geraknya.
Kelahiran janin dari ibu yang mengalami stres akan menyebabkan bayi lahir
dengan predisposisi menderita gangguan jiwa di kemudian hari. Pada kondisi
ketidakberdayaan tubuh akan banyak mengeluarkan hormon kortisol yang dapat
menyebabkan turunnya daya kekebalan tubuh dan pada gilirannya nanti akan
menyebabkan penyakit-penyakit psikosomatis. Sayang pengetahun kita saat ini mengenai perilaku janin khususnya kemampuan belajarnya belum lengkap. Populasi normal kemampuan belajarnya yang sangat diperlukan untuk pedoman diagnosis belum diketahui. Namun dengan bukti-bukti bahwa stimulasi janin mampu meningkatkan perkembangan fisik, kematangan, dan kemampuan bayi, maka stimulasi umum pada janin tampaknya merupakan alternative yang dapat dipilih. Dengan adanya kemajuan teknologi dan peningkatan minat meneliti perilaku janin, maka di masa mendatang pengetahuan ini akan sangat bermanfaat, tidak hanya di bidang kedokteran jiwa tetapi untuk membentuk manusia-manusia berkualitas sejak di dalam kandungan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berlangganan / Subscribe via email

isi email anda pada kotak berikut untuk berlangganan artikel Fisiopedi Solo.

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

follow us

About This Site